Home > Artikel > Mang Moel dan Food Monster: Perjalanan Seni Rajut dari Karantina ke Galeri

Mang Moel dan Food Monster: Perjalanan Seni Rajut dari Karantina ke Galeri

Published at Oct 19, 2025 07.09 by ical

35

Kalau kamu pikir seni rajutan cuma soal membuat syal atau tas lucu, tunggu dulu. Seorang seniman asal Indonesia bernama Mulyana, atau akrab disapa Mang Moel, berhasil membuktikan kalau benang bisa bercerita. Lewat karya fenomenalnya yang disebut “Food Monster”, Mang Moel menjadikan rajutan bukan sekadar kerajinan tangan, tapi juga media ekspresi dan refleksi kehidupan.

Karyanya penuh warna, lucu, dan menggemaskan — tapi di balik itu ada pesan yang dalam tentang manusia, budaya, dan bahkan masa pandemi.
 

Dari Karantina ke Galeri: Awal Mula Food Monster

Inspirasi karya Food Monster datang di masa yang mungkin kita semua masih ingat: masa karantina pandemi. Waktu itu, Mang Moel sedang berada di Korea Selatan untuk program residensi seni. Aktivitas yang terbatas membuatnya banyak bereksperimen di studio. Dari situlah muncul ide untuk menjelajahi dunia makanan — sesuatu yang sederhana tapi dekat dengan semua orang.
 

Makanan bagi Mang Moel bukan cuma soal rasa, tapi juga tentang kebersamaan, kenangan, dan emosi. Ia lalu menuangkan ide itu lewat media yang ia kuasai: rajutan. Lahirlah berbagai bentuk monster lucu yang terinspirasi dari makanan—mulai dari mi instan, burger, sampai jajanan pasar.
 

Proyek ini kemudian berkembang dan akhirnya dipamerkan dalam berbagai galeri di Indonesia. Salah satunya adalah pameran di Artotel Thamrin dan Dialogue Artspace Jakarta, yang memamerkan puluhan karya rajut berwarna cerah dalam bentuk instalasi besar.
 

Teknik dan Proses di Balik Instalasi Seni Rajut

Banyak yang penasaran, gimana sih cara Mang Moel membuat Food Monster yang unik itu?

Semua dimulai dari sketsa sederhana di atas kertas. Setelah itu, ia memilih benang warna-warni dan mulai merajut satu per satu bentuk kecil yang nantinya disusun menjadi instalasi besar. Setiap bagian punya tekstur dan detail sendiri—seperti kuah ramen, lelehan keju, atau bentuk kue yang lembut.
 

Prosesnya nggak instan. Satu karya bisa butuh minggu bahkan berbulan-bulan tergantung ukuran dan kompleksitas.Selain rajutan, Mang Moel juga menggabungkan material lain seperti kaca akrilik dan busa untuk membuat efek tiga dimensi dan transparansi.
 

Inilah yang membuat karya Food Monster bukan sekadar rajutan biasa, tapi juga bisa disebut instalasi seni rajut—karena bentuknya besar, interaktif, dan punya makna mendalam.
 

Kuliner Nusantara dalam Seni Rajutan

Salah satu hal yang bikin karya Mang Moel menonjol adalah caranya mengangkat kuliner Nusantara ke dalam seni. Beberapa bentuk Food Monster menggambarkan makanan khas Indonesia seperti nasi tumpeng, jajanan pasar, dan bakso. Semua itu divisualisasikan dengan gaya imajinatif—seolah makanan itu punya karakter lucu dan hidup.
 

Dengan cara ini, Mang Moel bukan hanya menciptakan karya visual yang indah, tapi juga melestarikan identitas budaya Indonesia dalam bentuk yang baru dan menyenangkan. Kamu nggak cuma melihat makanan, tapi juga merasakan semangat lokal di dalam setiap rajutan.


Seni Rajutan sebagai Bentuk Ekspresi Diri
Bagi Mang Moel, rajutan bukan cuma tentang teknik, tapi juga terapi dan ekspresi perasaan. Selama pandemi, proses merajut membantunya mengelola stres dan rasa cemas. Dari situ, ia sadar bahwa seni bisa menjadi cara untuk menyembuhkan diri sendiri. Pesan ini juga relevan buat pelajar atau siapa pun yang senang berkarya: nggak perlu nunggu momen besar untuk mulai berkreasi. 

Bahkan dari hal sederhana seperti benang, kamu bisa membuat sesuatu yang bermakna.

Seni rajutan mengajarkan kita tentang kesabaran, ketekunan, dan kehangatan. Setiap tusukan benang adalah langkah kecil menuju karya besar.
 

Dari Galeri ke Dunia: Respon Publik terhadap Food Monster

Ketika karya Food Monster pertama kali dipamerkan, banyak pengunjung langsung jatuh cinta.
Warna-warnanya cerah, bentuknya lucu, dan suasana galeri terasa seperti dunia fantasi. Pengunjung bisa melihat, memotret, bahkan berinteraksi dengan karya—membuat pamerannya terasa hidup.


Karya ini juga sempat viral di media sosial karena tampilannya yang “gemes banget dan bikin ngiler”, memadukan unsur food art dan karakter imajinatif. Selain itu, Food Monster ikut mengangkat nama Mang Moel sebagai bagian dari seniman kontemporer Indonesia yang sukses membawa seni tradisional seperti rajut ke ranah modern dan global.
 

Benang yang Menghubungkan Seni dan Kehidupan

Perjalanan Food Monster milik Mang Moel membuktikan bahwa karya luar biasa bisa lahir dari tempat yang tidak terduga—bahkan dari masa karantina yang penuh keterbatasan. Dengan benang dan kreativitas, ia berhasil mengubah rasa bosan menjadi karya seni yang menyentuh banyak orang.
 

Kisah ini mengingatkan kita bahwa seni tidak harus selalu dimulai dari sesuatu yang besar. Yang terpenting adalah keberanian untuk mencoba dan konsisten berkarya. Dari ide kecil, jika dirawat, bisa tumbuh menjadi sesuatu yang berarti.
 

Bagi para pelajar dan pecinta seni, cerita Mang Moel adalah ajakan halus: jangan takut memulai. Mulailah dari hal sederhana yang kamu suka, dan biarkan karyamu berkembang seiring prosesmu.

Perum. Hill Park Regency Kav 2 Jl. Bandulan Barat 65146 Kota Malang Jawa Timur, Indonesia

Made by ARTIKNESIA