Home > Artikel > Tiga Babak Seni Rupa: Memahami Perbedaan Tradisional, Modern, dan Kontemporer

Tiga Babak Seni Rupa: Memahami Perbedaan Tradisional, Modern, dan Kontemporer

Published at Aug 04, 2025 06.30 by ramadhan

109

Seni rupa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia. Seiring berjalannya waktu, seni rupa terus berkembang dan berevolusi, menciptakan perbedaan makna serta karakteristik di setiap periodenya. Perkembangan ini bisa kita bagi menjadi tiga 'babak' utama: Seni Rupa Tradisional, Modern, dan Kontemporer. Setiap babak ini tidak hanya mencerminkan gaya visual, tetapi juga pandangan dunia para senimannya. Artikel ini akan mengajak kamu memahami secara mendalam perbedaan antara ketiga babak seni rupa tersebut.

 

Babak 1: Seni Rupa Tradisional

Mendefinisikan seni rupa tradisional berarti mendahulukan variabel tradisional yang mempunyai arti menurut KBBI, yakni adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat setempat, yang dianggap sebagai cara-cara yang telah ada yang paling baik dan benar. Sehingga seni rupa tradisional melekat kuat terhadap sikap atau cara berpikir dan bertindak pada kelompok zaman tersebut, yang masih berpegang teguh pada norma, filsafat, termasuk adat kebiasaan.

 

Seni rupa tradisional tidak akan lepas dari kearifan budaya lokal sendiri, seperti Indonesia dengan wayang. Seni pertunjukan ini menjadi seni rupa tradisional yang mengakar kuat hingga saat ini. Selepas zaman Hindu-Budha terdapat zaman Islam yang banyak melahirkan karya seni rupa, salah satunya adalah wayang, yang menjadi media dakwah para pemuka agama untuk menyebarluaskan ajaran agama ini ke masyarakat Indonesia.

 

Peninggalan karya seni tradisional Indonesia tergolong meruah, misalnya saja batik, prasasti, songket, wayang, dll. Tidak dipungkiri, karya-karya seni tradisional masih diproteksi di lingkungan masyarakat yang masih memegang kuat norma dan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang. Melansir dari Serupa.id, bahwa terdapat sifat-sifat umum seni rupa Indonesia, yaitu:

 

  • - Bersifat progresif karena budaya maritim Indonesia. Dalam artian kesenian Indonesia dipengaruhi juga oleh budaya luar yang kemudian dipadukan dan diinovasikan menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
  • - Bersifat tradisional dan statis. Maksudnya adalah melihat dari kebudayaan agraris di Indonesia yang teguh pada suatu kaidah atau metode yang hereditas, contohnya warisan pengetahuan dalam bercocok tanam.
  • - Bersifat beragam (kebhinekaan). Membuat seni rupa Indonesia begitu beraneka ragam akibat bentangan luas daerah dan lingkungan geografis yang berbeda.
  • - Bersifat kerajinan, karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah sehingga menghasilkan pelbagai bahan alami untuk dijadikan kerajinan.
  • - Bersifat non realis karena latar belakang kepercayaan yang puritan dan primitif berpengaruh pada ungkapan-ungkapan seni yang bersifat simbolis. 

 

Babak 2: Seni Rupa Modern

Seni rupa modern mempunyai perkembangan konsep visual yang lebih artistik juga modernitas. Tangkapannya tidak lagi hanya tentang budaya nenek moyang atau warisan leluhur, melainkan lebih luwes, berwarna, dan berani. Mengutip dari buku Sejarah Seni Rupa Indonesia, Ariesa Pandanwangi, seni rupa modern berarti kreativitas baru, ekspresi personal, dan orisinalitas. Bisa dikatakan perkembangan seni modern bermula sejak zaman Renaissance, lukisan-lukisan macam Leonardo da Vinci, Michelangelo, adalah orang-orang yang mengubah lanskap seni rupa modern. 

 

Masuknya seni rupa modern ke Indonesia tidak lain dan tidak bukan karena masa kolonialisme barat, yang memberi pengaruh besar terhadap politik dan budaya di Nusantara termasuk arah seni rupa lokal. Indonesia mengalami pergeseran seni, yang lebih personal dan realis, bahkan mengarah pada aliran romantisme. Salah satunya adalah karya seni Raden Saleh “Penangkapan Pangeran Diponegoro” yang fenomenal yang mengubah lanskap seni rupa Indonesia, bahkan banyak orang menyebutnya ia sosok pelopor seni rupa modern di Tanah Air. Raden Saleh menganut aliran romantisme, pengaruh aliran tersebut dari petualangan seninya ke dunia Barat.

 

Babak 3: Seni Rupa Kontemporer

Jika seni rupa modern adalah babak pemberontakan juga menjamurnya sisi romantisme, maka seni rupa kontemporer adalah babak kebebasan tanpa batas. Seni kontemporer tidak lagi terikat pada medium, gaya, atau bahkan definisi "indah" yang konvensional. Ia lebih berfokus pada ide atau konsep di balik sebuah karya. Seniman kontemporer sering kali menggunakan berbagai medium, mulai dari lukisan, patung, video, instalasi, hingga seni pertunjukan, untuk menyampaikan pesan atau memicu dialog dengan audiens. Karya-karya kontemporer sering kali merefleksikan isu-isu sosial, politik, dan budaya terkini, menjadikannya cerminan dari dunia kita saat ini.

 

Di Indonesia, perkembangan seni kontemporer semakin pesat sejak tahun 1970-an, ditandai dengan munculnya seniman yang berani mendobrak tradisi. Mereka tidak hanya menggunakan teknik melukis di atas kanvas, tetapi juga merespons realitas sosial dengan cara-cara baru. Salah satu contohnya adalah gerakan Seni Rupa Baru yang dipelopori oleh seniman seperti Jim Supangkat dan FX Harsono. Mereka menggunakan medium non-tradisional dan pendekatan konseptual untuk mengkritik kondisi sosial dan politik pada masanya. Dengan demikian, seni kontemporer di Indonesia menjadi ruang yang dinamis untuk eksperimen, refleksi, dan kritik yang terus berkembang hingga saat ini.

 

Seni rupa memang selalu berubah bentuk, tetapi tidak pernah kehilangan esensinya. Dari tradisional hingga kontemporer, seni menjadi medium untuk merekam isu, mengekspresikan gagasan, atau sekadar memanjakan mata. Setiap babak memiliki karakteristik dan pelopornya masing-masing yang telah mengubah lanskap seni rupa dunia, termasuk Indonesia. Inilah yang membuat seni rupa tetap relevan dan menarik untuk terus dibicarakan hingga saat ini.

Perum. Hill Park Regency Kav 2 Jl. Bandulan Barat 65146 Kota Malang Jawa Timur, Indonesia

Made by ARTIKNESIA