Ditulis Oleh
Merayakan Kemerdekaan Melalui Karya Seni: Pameran “Nyala” di Galeri Nasional
Published at Aug 03, 2025 04.21 by ramadhan
Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, Kemenbud mempersembahkan pameran seni bertajuk “Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro” di Galeri Nasional Indonesia yang berlangsung sejak 22 Juli hingga 15 September 2025, dan pameran dibuka sedari pukul 09.00 sampai 19.00 WIB. Pameran seni “Nyala” ini menangkap atau mengisahkan kembali tentang perjuangan Diponegoro melalui sentuhan visual, artistik, dan interdisipliner. Juga, mempunyai nafas selaras tentang makna perjuangan hingga pembebasan diri bangsa dari penjajah yang akan memasuki usia 80 tahun.
Mengingat Kembali 200 Tahun Lalu Kisah Diponegoro
Perang Jawa atau yang dikenal dengan Perang Diponegoro terjadi pada tahun 1825-1830, salah satu perang yang mengubah lanskap dunia pada akhir abad ke-18 dan awal abad-19. 200 tahun sudah berlalu namun makna perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro di perang ini sangat berarti hingga saat ini, mengartikan bahwa kita bangsa yang berani memberontak terhadap suatu ketidakadilan atau bahkan yang menginjak-injak harga diri bangsa.
Awal mula terjadinya kobaran perang ini tatkala Pangeran Diponegoro tidak senang urusan kerajaan diintervensi oleh wajah-wajah koloni, Belanda. Melihat realitas tersebut seakan harga diri bangsa terperosok menurut orang yang bernama asli Raden Mas Mustahar ini. Namun di sisi lain, nahasnya, tidak ada keberanian kerajaan menghadapi campur tangan politik pemerintah kolonial, bahkan mereka tetap hidup bermewah-mewahan dan luput atas penderitaan rakyat.
Kekecewaan berkecamuk yang dirasakan oleh Pangeran Diponegoro menciptakan sebuah gerakan perlawanan dan menyatakan sikap perang hingga melibatkan berbagai kalangan: mulai dari kaum tani yang tertindas hingga golongan priyayi sebagai donatur keperluan untuk perang. Pergerakan ini meluas ke berbagai daerah seperti Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang, dan Rembang, sampai ke arah timur mencapai Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitarnya. Ini menandakan api perjuangan cepat menyebar ketika bangsa yang dicederai, dan inilah yang dinamakan Perang Jawa.
Pameran Nyala: Refleksi Diri dan Makna Kemerdekaan
Setelah menyusuri jejak sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro yang disajikan dalam balutan visual modern, pameran "Nyala" mengajak kita pada sebuah perenungan mendalam. Lebih dari sekadar pameran, tempat ini menjadi cermin bagi kita untuk melihat kembali makna kemerdekaan. Bukan hanya tentang membebaskan diri dari penjajahan fisik, tetapi juga tentang semangat perlawanan terhadap ketidakadilan, sebuah nyala yang terus relevan di era modern ini. Melalui sentuhan karya interdisipliner, kita bisa merasakan emosi, keteguhan, dan harapan yang sama seperti yang dirasakan oleh para pejuang 200 tahun lalu.
Di bagian ini, pameran "Nyala" seakan berbicara langsung kepada kita, para generasi penerus. Kita diajak untuk tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai perjuangan ke dalam kehidupan sehari-hari. Semangat keberanian Pangeran Diponegoro menjadi pengingat bahwa setiap kita memiliki kekuatan untuk berjuang demi kebenaran, melawan ketidakadilan, dan menjaga martabat bangsa. Jadi, saat kita melangkah keluar dari Galeri Nasional, kita tidak hanya membawa pulang memori visual yang indah, tetapi juga nyala semangat yang baru untuk merayakan kemerdekaan dengan cara yang lebih bermakna.
Dengan pameran "Nyala", Galeri Nasional tidak hanya mengajak kita melihat kembali sejarah Perang Diponegoro. Pameran ini adalah sebuah refleksi, sebuah jembatan yang menghubungkan perjuangan masa lalu dengan semangat kemerdekaan yang terus menyala di dada kita. Saat kita keluar dari pintu galeri, kita tidak hanya membawa pulang memori visual yang indah, tetapi juga pemahaman bahwa nyala perjuangan untuk keadilan dan martabat bangsa adalah warisan yang harus kita jaga dan teruskan